Beranda | Artikel
Faedah Sirah Nabi: Nama Lain Nabi Muhammad
Kamis, 10 Agustus 2017

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selain dinamakan Muhammad juga memiliki nama lainnya. Karena sebagaimana kata Imam Nawawi dalam Tahdzib Al-Asma’, banyaknya nama menunjukkan agungnya si pemilik nama tersebut.

Jadi mulianya Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa dilihat dari banyak nama yang disematkan pada beliau. Bahkan nama-nama ini disebutkan dalam kitab suci kita, hingga kitab-kitab sebelumnya pernah menyebut seperti itu pula.

Penyebutan nama Muhammad disebutkan dalam ayat,

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (QS. Al-Fath: 29)

Penyebutan nama Ahmad sudah disebutkan oleh Nabi Isa sebagaimana dalam ayat,

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ

Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. Ash-Shaff: 6)

Penyebutan nama lainnya disebutkan dalam hadits-hadits berikut ini.

Dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِى أَسْمَاءً أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِى الَّذِى يَمْحُو اللَّهُ بِىَ الْكُفْرَ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِى يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمَىَّ وَأَنَا الْعَاقِبُ الَّذِى لَيْسَ بَعْدَهُ أَحَدٌ

Sungguh aku mempunyai beberapa nama. Aku adalah Muhammad, aku adalah Ahmad, aku adalah Al-Mahi (yang menghapus) –yang denganku Allah menghapus kekafiran, aku adalah Al-Hasyir (yang mengumpulkan) – yang manusia dikumpulkan pada qodam-ku (masa kenabianku), aku adalah Al-‘Aqib (yang paling belakangan) -yang tidak ada kerasulan sesudah itu-.”(HR. Bukhari, no. 4896 dan Muslim, no. 2354)

Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperkenalkan dirinya pada kami dengan beberapa nama. Beliau berkata,

أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَحْمَدُ وَالْمُقَفِّى وَالْحَاشِرُ وَنَبِىُّ التَّوْبَةِ وَنَبِىُّ الرَّحْمَةِ

Aku adalah Muhammad, Ahmad, Al-Muqaffi (mengikuti nabi sebelumnya), Al-Hasyir (yang mengumpulkan), Nabiyyut taubah, dan Nabiyyur Rahmah.” (HR. Muslim, no. 2355)

 

Keterangan Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim

Abu Bakr Ibnul ‘Arabi menyebutkan dalam kitabnya Al-Ahwadzi fi Syarh At-Tirmidzi dari sebagian ulama bahwa Allah Ta’ala telah menulis 1000 namanya dan bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada 1000 nama. Kemudian beliau merinci ada 60-an nama.

Seorang disebut Muhammad atau Mahmud karena ia memiliki sifat-sifat yang terpuji. Dengan alasan inilah kenapa Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dinamakan Muhammad dan juga Ahmad. Allah memang telah mengilhamkan kepada keluarganya untuk menamakan beliau dengan nama tersebut yang mengandung sifat yang mulia.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dinamakan juga Al-Mahi. Yang dimaksud Al-Mahi adalah beliau menghapuskan kekufuran yang ada di Makkah, Madinah dan negeri Arab lainnya. Ada juga makna lain, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menang dengan hujjah atau argumen yang sangat jelas. Sebagaimana disebutkan dalam,

لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ

Untuk dimenangkanNya atas segala agama.” (QS. At-Taubah: 33).

Bisa juga maksud Al-Mahi, bahwa Islam itu menghapuskan kesalahan-kesalahan sebelumnya sebagaimana disebut dalam firman Allah,

قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu[609]: “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu.” (QS. Al-Anfal: 38)

Juga terdapat hadits shahih,

أَنَّ الإِسْلاَمَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ

Islam menghapuskan ajaran sebelumnya.” (HR. Muslim, no. 121)

Yang dimaksud dengan ‘yang manusia dikumpulkan di atas qodam-ku’ adalah dikumpulkan pada masa kenabian dan kerasulanku. Ini berarti tidak ada lagi nabi sesudahku.[1]

Al-‘Aqib berarti terakhir, yaitu tidak ada nabi lagi setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Al-Muqaffi berarti sama dengan al-‘aqib. Kata Ibnul A’rabi, Al-Muqaffi adalah al-muttabi’ li al-anbiya’, yaitu mengikuti para nabi (karena ajaran beliau sama dengan ajaran nabi sebelumnya, yaitu ajaran tauhid dan memberantas syirik).

Sedangkan disebut nabiyut taubah dan nabiyur rahmah sesuai penyebutan ayat,

رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

Tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (QS. Al-Fath: 29)

وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ

Dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.” (QS. Al-Balad: 17)

Beliau juga disebut dengan nabi Al-Malahim yaitu karena beliau diutus untuk berjihad melawan musuh Allah.

Para ulama mengatakan ada juga nama-nama lainnya untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terdapat dalam kitab-kitab dan umat-umat terdahulu. (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 15:94-95)

 

Nabiyyut Taubah dan Nabiyyur Rahmah

Kenapa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam disebut Nabiyyut taubah?

Ibnul Qayyim menjelaskan karena lewat beliaulah Allah membuka pintu taubat bagi penduduk bumi. Tidak ada pintu taubat yang dimudahkan bagi penduduk bumi sebelumnya kecuali setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri adalah hamba yang paling banyak beristighfar dan bertauabt. Sampai-sampai dalam satu majelis pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan 100 kali ucapan “RABBIGHFIRLII WA TUB ‘ALAYYA INNAKA ANTAT TAWWABUR ROHIIM” (Artinya: Ya Allah, ampunilah aku, terimalah taubatku. Sesungguhnya engkau Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan bahwa ia bertaubat pada Allah dalam sehari seratus kali.

Begitu pula taubatnya umat Muhammad adalah taubat yang paling sempurna, paling cepat diterima dan paling mudah. Sedangkan taubatnya umat sebelum Islam sangat berat. Sampai-sampai taubatnya Bani Israil yang menyembah anak sapi dulunya diperintahkan dengan membunuh diri mereka sendiri. Sedangkan taubatnya umat Muhammad adalah dengan menyesali dan berhenti dari dosa. Inilah bentuk pemuliaan Allah pada umat Muhammad. (Zaad Al-Ma’ad,1:92-93)

Kenapa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam disebut Nabiyyur rahmah?

Disebut Nabiyyur rahmah karena beliau diutus oleh Allah untuk rahmat bagi sekalian alam. Islam itu rahmat bagi orang mukmin, juga pada orang kafir. Yang jelas, orang beriman mendapatkan banyak rahmat. Sedangkan orang kafir seperti Ahli Kitab masih tetap bisa hidup di bawah naungan dan kuasa beliau. Bahkan yang membunuh orang kafir yang sudah diberikan keamanan dan punya perjanjian, itu yang diancam neraka. (Zaad Al-Ma’ad,1:93)

 

Beliau Juga Dinamakan Al-Mutawakkil

Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut.

Dari Atha` bin Yasar, dia berkata, Aku menjumpai Abdullah bin Amr bin ‘Ash radhiyallahu anhuma, lalu aku berkata, “Kabarkan kepadaku tentang sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ada di dalam Taurat!’

Dia menjawab,

أَجَلْ وَاللَّهِ إِنَّهُ لَمَوْصُوفٌ فِي التَّوْرَاةِ بِبَعْضِ صِفَتِهِ فِي الْقُرْآنِ يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا وَحِرْزًا لِلْأُمِّيِّينَ أَنْتَ عَبْدِي وَرَسُولِي سَمَّيْتُكَ المتَوَكِّلَ لَيْسَ بِفَظٍّ وَلَا غَلِيظٍ وَلَا سَخَّابٍ فِي الْأَسْوَاقِ وَلَا يَدْفَعُ بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَغْفِرُ وَلَنْ يَقْبِضَهُ اللَّهُ حَتَّى يُقِيمَ بِهِ الْمِلَّةَ الْعَوْجَاءَ بِأَنْ يَقُولُوا لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Baiklah. Demi Allah, sesungguhnya beliau itu diterangkan sifatnya dalam Taurat dengan sebagian sifat yang ada di dalam Al-Qur’an, (yaitu), ’Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi dan pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan serta penjaga bagi orang-orang Arab. Kamu adalah hamba dan Rasul-Ku. Namamu Al-Mutawakkil, bukan keras dan bukan pula kasar,’ dan Allah ‘Azza wa Jalla tidak mencabut nyawanya sampai dia berhasil meluruskan agama yang telah bengkok dengan mengatakan laa ilaha illallah.” (HR. Bukhari, no. 2125)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pantas diberi nama dengan Al-Mutawakkil karena beliau adalah orang yang paling bertawakkal pada Allah dalam menegakkan Islam ini. Tak ada seorang pun yang dapat mengungguli tawakkal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat Zaad Al-Ma’ad, 1:91)

 

Nama Kunyah Nabi Muhammad

Nama kunyah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Abul Qosim. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ada yang memanggil orang lain di Baqi’ dengan nama Abul Qosim lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbalik, lalu beliau bersabda,

سَمُّوا بِاسْمِى ، وَلاَ تَكَنَّوْا بِكُنْيَتِى

Silakan memberi nama dengan namaku. Namun jangan berkunyah dengan kunyahku (Kunyahku adalah Abul Qosim).” (HR. Bukhari, no. 2120 dan Muslim, no. 2131)

Para ulama berselisih pendapat mengenai bolehkah menggunakan Abul Qosim sebagai nama kunyah untuk yang lain, juga bagaimana kalau bernama dengan nama beliau dan nama kunyahnya sekaligus. Ada ulama yang berpendapat bahwa yang dilarang adalah memakai nama Abul Qosim ketika beliau masih hidup. Ada juga yang menyatakan bahwa yang terlarang adalah menggabungkan nama beliau dan nama kunyah sekaligus. Lihat As-Sirah An-Nabawiyah fi Dhau’ Al-Mashadir Al-Ashliyyah, hlm. 90.

 

Al-Fatih, Al-Amin, Al-Basyir, An-Nadzir, Al-Munir dan ‘Abdullah

Beliau disebut Al-Fatih karena Allah membuka pintu hidayah lewat tangan beliau.

Al-Amin juga menjadi sebutan beliau karena beliaulah yang paling amanat dalam mengemban wahyu dan ajaran Islam ini. Sebelum diangkat menjadi Nabi saja beliau sudah disebut Al-Amin. Beliau adalah yang paling amanah di langit dan di bumi.

Al-Basyir berarti membawa kabar gembira bagi orang yang taat dengan balasan melimpah di akhirat. Beliau juga An-Nadzir yang memberikan peringatan bagi orang yang bermaksiat.

Al-Munir berarti menerangi tanpa membakar. Berbeda dengan nyala api, bisa menerangi namun dapat membakar.

Beliau juga disebut dengan ‘Abdullah (hamba Allah) dalam beberapa ayat seperti,

وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ

Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah).” (QS. Al-Jin: 19).

تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ

Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya.” (QS. Al-Furqon: 1)

فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى

Lalu dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan.” (QS. An-Najm: 10)

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad).” (QS. Al-Baqarah: 23) (Lihat Zaad Al-Ma’ad, 1:93-94)

Semoga bermanfaat untuk mendalami sirah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

Referensi:

  1. Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj. Cetakan pertama, tahun 1433 H. Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar Ibnu Hazm.
  2. As-Sirah An-Nabawiyah fi Dhau’ Al-Mashadir Al-Ashliyyah. Cetakan ketiga, tahun 1424 H. Prof. Dr. Hadyu Rizqullah Ahmad. Penerbit Dar Zidni.
  3. Fath Al-Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari. Cetakan keempat, tahun 1432 H. Ibnu Hajar Al-Asqalani. Penerbit Dar Thiybah.
  4. Zaad Al-Ma’ad fi Hadyi Khair Al-‘Ibad. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Tahqiq: Syu’aib dan ‘Abdul Qadir Al-Arnauth. Penerbit Muassasah Ar-Risalah. 1: 82.

 

—-

[1] Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan qodam adalah zaman (waktu) yaitu manusia dikumpulkan pada masa-ku dan qodam (kaki) merupakan suatu yang nampak ketika dikumpulkan. Hal ini merupakan isyarat bahwa tidak ada lagi nabi dan syari’at sesudah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Fath Al-Bari, 6:557)

 

Selesai disusun @ Perpus Rumaysho Darush Sholihin, 17 Dzulqa’dah 1438 H di selasa sore ba’da ‘Ashar

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com


Artikel asli: https://rumaysho.com/16248-faedah-sirah-nabi-nama-lain-nabi-muhammad.html